Rabu, 23 Mei 2012

Askeb Infeksi Neonatorum



ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY.”T” USIA 1 HARI DENGAN INFEKSI
NEONATORUM DI IRNA IV RUANG 11 (PERINATOLOGI)
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG



Oleh:
Neneng Dwi Nanda P.R
2009744112


AKADEMI KEBIDANA WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY.”T” USIA 1 HARI DENGAN INFEKSI
NEONATORUM DI IRNA IV RUANG 11 (PERINATOLOGI)
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Malang, ….. Maret 2012
Mengetahui
Mahasiswa


Neneng Dwi Nanda P.R
Nim: 2009744112

Pembimbing Institusi                                                   Pembimbing Klinik


Titin Sutriyani, SST                                                      Sukarlis, AMK
Nip:                                                                             Nip:

Kepala ruangan


Dyah Sri Hartatik, S Kep. NS
Nip:
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah, penulis mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan pada By. Ny.”T” usia 1 hari dengan infeksi neonatorum di Irna IV ruang 11 (Perinatologi) RSUD dr. Saiful Anwar Malang dalam membuat asuhan ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang penulis miliki.
Tanpa mengurangi penghargaan penulis kepada semua pihak yang telah berjasa terhadap penyelesaian asuhan kebidanan ini, secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.      Dr. dr. Basuki Bambang P. SpU, selaku direktur RSSA Malang
2.      Dr. Harjoedi Adji Tjahjono, SpA (K), selaku K.A IRNA IV RSSA Malang
3.      Andreas Supriyanto, S. Keb. NS selaku KPP IRNA IV RSSA Malang
4.      Ibu Dyah Sri Hartatik, S. Kep. NS selaku kepala ruangan Perinatologi RSSA Malang
5.      Ibu Sukarlis AMK, selaku pembimbing klinik yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan membantu proses pembuatan asuhan kebidanan ini.
6.      Ibu-ibu perawat, bidan, dan pekarya ruang Perinatologi RSSA Malang
7.      Ibu Vivin, SST dan Ibu Titin Sutriyani, SST, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbig dan membantu proses pembuatan asuhan kebidanan ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang turut berperan dalam penyelesian auhan kebidanan ini. Sudah tentu, asuhan yang sederhana ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis dambakan demi kemajuan penulis. Akhir kata penulis berharap semoga asuhan yang di susun ini bermanfaat.


Malang, Maret 2012

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

I            Latar Belakang
Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.(Imral chair, 2007).
LaporanWHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal.( Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).
Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai mengalami infeksi.

II            Tujuan
A.    Tujuan  umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil sesuai dengan menegement kebidanan.
B.     Tujuan  khusus
a.    Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada klien.
b.    Mengidentifikasi diagnosa dan masalah.
c.    Mengidentifikasi masalah potensial.
d.   Mengidentifikasi rencana tindakan.
e.    Membuat rencana tindakan.
f.     Melaksanakan tindakan.
g.    Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan.

III            Sistematika penulisaan
BAB I    pendahuluan
Melalui latar belakang masalah dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori
Pada tinjauan teori ini yang dibahas adalah kosep persalinan dan konsep IUFD.
BAB III Tijauan Kasus                                                                                      
Meliputi 7 langkah Varney yaitu pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif, identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV    Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA











BAB II
TINJAUAN TEORI

I            Pengertian Sepsis Neonatorum
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan responsØ sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).
Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinisØ dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertamaØ sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar keØ seluruh tubuh bayi baru lahir. Suatu sindroma respon inflamasi janin/ FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan adanya kuman di dalam darah pada neonatus.

II            Etiologi Sepsis Neonatorum
Penyebab neonatus sepsis/ sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur.
Resiko terjadinya sepsis meningkat pada:
·         Ketuban pecah sebelum waktunya
·         Perdarahan atau infeksi pada ibu.
Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri:
·         Bakteri escherichia koli
·         Streptococus group B
·         Stophylococus aureus
·         Enterococus
·         Listeria monocytogenes
·         Klepsiella
·         Entererobacter sp
·         Pseudemonas aeruginosa
·         Proteus sp
·         Organisme anaerobic
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu:
1.      Faktor Maternal
a.       Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b.      Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c.       Kurangnya perawatan prenatal.
d.      Ketuban pecah dini (KPD)
e.       Prosedur selama persalinan.
2.      Faktor Neonatatal
a.       Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b.      Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c.       Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3.      Faktor Lingkungan
a.       Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b.      Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c.       Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d.      Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
e.       Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu:
1)      Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2)      Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3)      Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

III            Gejala Klinis Sepsis Neonatorum
·         Suhu tubuh tidak stabil (Ø< 36 0C atau > 37,5 0C).
·         Laju nadi > 180 x/menit atau < 100 x/menit.
·         Laju nafas > 60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen, apnea atau laju nafas < 30x/menit.
·         Letargi
·         Intoleransi glukosa : hiperglikemia (plasma glukosa >10 mmol/L atau >170 mg/dl) atau hipoglikemia (< 2,5 mmol/L atau < 45 mg/dl)
·         Intoleransi minum
·         Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi
·         Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (usia 1 hari)
·         Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (usia < 1 bulan)
·         Pengisian kembali kapiler/capillary refill timeØ > 3 detik.

Gejala lainnya adalah:
      gangguan pernafasan
      kejang
      jaundice (sakit kuning)
      muntah
      diare
      perut kembung

Gejalanya tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
      Infeksi pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
      Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisaØ menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
      Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
      Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
      Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

IV            Patofisiologi Sepsis Neonatorum
Melalui Air Ketuban → Bakteri → Infeksi pada Ibu
↓ ↓
Masuk kedalam tubuh janin meningitis,oesteomelitis
↓ ↓
Terjadinya Infeksi awal . resiko infeksi

Infeksi/Kuman menyebar

Keseluruh tubuh janin
Hipotalamus Organ Hati Organ pernafasan Sistem Gastrointestinal
↓ ↓ ↓ ↓
Berespon menghasil Erirtosit banyak G3 sirkulasi O2 Muntah, Diare
kan panas tubuh Dilisis CO2 Malas menghisap
↓ ↓ ↓ ↓
Hipertermia Fungsi tidak Bayi akan sesak Gangguan Volume
Optimal ↓ cairan dan elektrolit
↓ Gangguan pola nafas
Hiperbilirubin

Jaundice (ikterif)

Ke Otak

Enselopati

Kemit ikterik(kejang)

resiko cedera

V            Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
1.      Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2.      Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
      Leukositosis (Ø>34.000×109/L)
      Leukopenia (Ø< 4.000x 109/L)
      Netrofil muda 10%
      Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen) atau I/T ratio >0,2
      Trombositopenia (Ø< 100.000 x 109/L)
      CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal.

Faktor-faktor pada masalah hematologi:
      Peningkatan kerentaan kapiler
      Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
      Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
      Peningkatan hemolisis
      Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan

VI            Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum
1.      Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
2.      Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3.      Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4.      Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5.      Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6.      Pengobatan suportif meliputi:
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksiØ metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

VII            Komplikasi Sepsis Neonatorum
1.      Kelainan bawaan jantung, paru, dan organ-organ yang lainnya
2.      Sepsis berat: sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3.      Syok sepsis: sepsis berat disertai hipotensi
4.      Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
5.      Perdarahan
6.      Demam yang terjadi pada ibu
7.      Infeksi pada uterus atau plasenta
8.      Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan
9.      Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
10.  Proses kelahiran yang lama dan sulit

VIII            Pencegahan Sepsis Neonatorum
1.      Pada masa Antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
2.      Pada masa Persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3.      Pada masa pasca Persalinan
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

Hubungi dokter Anda jika bayi Anda mengalami:
·         muntah atau kesulitan bernapas atau tidak mau minum
·         suhu >38 0C melalui anus pada bayi baru lahir dan bayi muda
·         kesulitan bernapas
·         perubahan warna kulit (pucat atau kebiruan)
·         tidak responsive
·         perubahan suara tangisan bayi atau tangisan yang tidak berhenti
·         bayi menjadi lemas
·         denyut jantung menjadi lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya
·         ubun-ubun membonjol
·         penurunan jumlah urin
·         perilaku pada bayi yang membuat Anda khawatir
























BAB IV
PENUTUP
I            KESIMPULAN
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
II            KRITIK DAN SARAN
Dalam penulisan asuhan kebidanan ini apabila ada kesalahan yang tidak di sengaja maupun yang di sengaja mohon saran dan kritik untuk menyempurnakan dalam penulisan dan susunan kata – kata yang telah dijadikan dalam bentuk asuhan kebidanan.








DAFTAR PUSTAKA
·         http://yuliafransischa.blogspot.com/2011/04/contoh-askeb-neonatus.html





BAB III
TINJAUAN KASUS

I            PENGKAJIAN DATA
Tanggal           : 19 Februari 2012
Jam                  : 12.00 WIB
Tempat            : di IRNA IV Ruang 11 (Perinatologi) RSUD dr. Saiful Anwar Malang
No. Reg           : 1208330

A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama Bayi      : Bayi  “T”
Tanggal lahir   : 18 Maret 2012       
Umur               : 1 hari
Jenis kelamin   : Laki-laki
Anak ke           : 3 (tiga)

Nama Orang tua
Nama Ibu        : Ny. “T”                                 Nama Ayah     : Tn. “A”
Umur               : 38 tahun                                Umur               : 38 tahun
Agama             : Islam                                     Agama             : Islam
Pendidikan      : SD                                         Pendidikan      : SMP
Pekerjaan         : IRT                                        Pekerjaan         : Swasta
Alamat                        : Jl. Imam Bonjol 6 Bugul       Alamat                        : Jl. Imam Bonjol 6 Bugul
                        Lor_Pasuruan                                                  Lor_Pasuruan

2.      Keluhan Utama
Bayi lahir di bidan pada tanggal 18 Maret 2012. Bayi tidak langsung menangis, AS 1-3, sisa ketuban keruh.
3.      Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a.       Riwayat kehamilan ini
Ibu hamil ke-3, UK 37-38  minggu, ibu periksa hamil ke bidan. Pada:
TM I          : 1 kali
TM II        : 3 kali
TM III       : 3 kali
Riwayat imunisasi ibu tidak terkaji.
b.      Riwayat persalinan ini
Bayi lahir tanggal 18 Maret 2012, spt B, dengan UK 37-38 minggu, jenis kelamin laki-laki, tidak langsung menangis, AS pada 1 menit pertama 1 dan pada 5 menit kedua 3. BBL 3300 gr, PBL 50 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, anus (+), Vit. K (+). Riwayat pemberian imunisasi HB0 tidak terkaji.

4.      Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit menular, menurun, maupun menahun seperti kencing manis, jantung, batuk darah, asma, darah tinggi dan penyakit kuning. Selain itu, ibu mengatakan bahwa dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.
Ibu tidak pernah minum jamu dan tidak pernah pijat oyok.

5.      Kebutuhan Dasar
a.       Pola Nutrisi
Minum PASI (susu formula) 8 x 20 cc/ hari
b.      Pola Eliminasi
BAB          : 1-2 kali dalam sehari, berupa mekoneum berwarna hijau tua/ kehitaman.
BAK         : 5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.
c.       Pola Istirahat
Bayi lebih banyak tidur, kadang terbangun jika bayi haus, BAB, atau BAK.
d.      Pola aktivitas
Bayi bergerak aktif.
e.       Personal hygiene
Bayi dimandikan dan diseka 2 x/ hari, ganti popok tiap kali basah.

B.     Data Obyektif
1.      Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum          : lemah
Kesadaran                   : Composmentis
BB                               : 3300 gram
PB                               : 50 cm
Pernapasan                  : 68 x/menit
Nadi                            : 120x/ menit
Suhu                            : 368 0C

2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi
Kepala       : Simetris, persebaran rambut merata, rambut bersih, berwarna hitam.
Muka         : simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak ikterik maupun sianosis.
Mata          : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak oedema.  
Hidung      : Lubang hidung simetris, ada pernafasan cuping hidung.
Mulut        : Bibir lembab, bersih, lidah bersih, gigi (-).
Telinga      : Simetris, tidak ada sekret.
Leher         : Tidak tampak adanya benjolan abnormal, bersih.
Dada         : Bentuk dada normal, ada retraksi dinding dada.
Abdomen  : Bentuk normal, tampak tali pusat terbungkus kassa steril.
Genetalia   : scorotum (+), tidak tampak hipospaadia atau epispadia.
Anus          : anus berlubang
Ekstremitas atas    : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil, tampak terpasang infuse D10 pada tangan kanan.
Ekstremitas bawah            : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil.

b.      Palpasi
Leher                     : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Dada                     : Tidak ada benjolan abnormal.
Abdomen              : Tidak ada benjolan abnormal.
Ekstremitas           : Tidak ada oedema baik pada kedua tangan dan kaki.

c.       Auskultasi
Dada                     : Tidak ada bunyi ronchi maupun wheezing.
Abdomen              : Bising usus normal.

d.      Perkusi
Abdomen              : Tidak kembung, supel.

3.      Pemeriksaan Neurologis
a.       Reflek Moro                      : (+)
b.      Reflek Menggenggam       : (+)
c.       Reflek roating                   : (+)
d.      Reflek Sucking                 : (+)
e.       Reflek swallowing            : (+)
f.       Babynski reflek                 : (+)

4.      Pemeriksaan Penunjang
            Pemeriksaan Laborat tanggal 19 Maret 2012 (05.15 WIB)
·         Darah lengkap
Jenis
Hasil
Harga normal
Leukosit
19.900 /µl
N : 3500 - 10.000
Hemoglobin
17,2 mg/dl
N : 11,0 - 16,5
Hematokrit
50,8 %
N : 35,0 - 50,0
Trombosit
326.000
N : 150000 - 3390000

·         Kimia Darah 
Jenis
Hasil
Harga normal
GD Puasa sesaat
25 mg/dl
N : < 200
Ureum
12,4 mg/dl
N : 10 - 50
Kreatinin
0,90 mg/dl
N : 0,7 - 1,5
SGOT
13,2 U/L
N : 11 - 41
SGPT
10 U/L
N : 10 – 41

·         Faal hati
Jenis
Hasil
Harga normal
Albumin
3,79 g/dl
N : 3,5 - 5,5
CRP kwantitatif
0,12 mg/dl
N : < 0,3

·         Analisis Elektrolik
Jenis
Hasil
Harga normal
Natrium
138 m mol/L
N : 136 - 145
Kalium
6,07 m mol/L
N : 3,5 - 5,0
Klorida
11,6 m mol/L
N : 98 - 106
Kalsium
13,3 mg/dl
N : 7,6 - 11,0
Fosfor
3,15 mg/dl
N : 2,5 - 7,0
·         Blood Gas Analisis (BGA)
Jenis
Hasil
Harga normal
PH
7,474
N : 7,35 - 7,45
PCO2
23,1 mmHg
N : 34 - 45
PO2
71,0 mmHg
N : 80 - 100
HCO3
17,2 m mol/L
N : 21 - 28
O2 saturasi arterial
96 %
N : >95
Base excess
- 6,0 m mol/L
N : (-3) – (+3)

II            IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx       : Bayi “T” usia 1 hari dengan infeksi neonatorum
Do       : Keadaan Umum        : lemah
Kesadaran                   : Composmentis
BB                               : 3300 gram
PB                               : 50 cm
Pernapasan                  : 68 x/menit
Nadi                            : 120x/ menit
Suhu                            : 368 0C

III            IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
·         Potensi terjadi hipotermi
·         Potensi terjadi ganguan pernapasan
·         Potensi terjadi infeksi

IV            IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter spesialis

V            INTERVENSI
Dx                   : Bayi  “T” Usia 1 hari dengan infeksi neonatorum
Tujuan             : Bayi “T” keadaannya membaik
Kriteria hasil    : TTV dalam batas normal
Suhu                : 365 - 375 0C
Nadi                : 120 - 160 x/menit
Pernapasan      : 40 - 60 x/menit, Tidak ada retraksi dinding dada
BB normal       : 2500 - 4000 gram
Intervensi:
1.      Lakukan cuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah memegang bayi.
R/ untuk mencegah infeksi nosokomial.
2.      Lakukan observasi TTV.
R/ untuk mengetahui parameter kesehatan bayi.
3.      Pertahankan suhu tubuh bayi.
R/ untuk mencegah hipotermi.
4.      Lakukan perawatan tali pusat pasien dengan benar.
R/ untuk mencegah adanya infeksi tali pusat
5.      Lakukan kolaborasi dengan dokter  dalam pemberian terapi.
R/ terapi yang tepat akan mempercepat kesembuhan pasien

VI            IMPLEMENTASI
Dx       : Bayi  “T” Usia 1 hari dengan infeksi neonatorum
Implementasi:
1.      Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dengan menggunakan sabun dan dibilas dibawah air mengalir untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2.      melakukan observasi TTV.
Suhu                      : 368 0C
Nadi                      : 120 x/menit
Pernapasan            : 68 x/menit
3.      Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan mengganti baju kering, mengganti popok, serta menyelimuti bayi. Bila bayi dalam inkubator, mempertahankan suhu inkubator agar bayi tidak kedinginan.
4.      Melakukan perawatan tali pusat bayi dengan benar yaitu dengan menggunakan kassa steril dan tidak membubuhkan apapun pada tali pusat bayi.
5.      Melakukan kolaborasi dengan dokter  dalam pemberian terapi, yaitu pemberian O2 2L, infus D10 8 tpm, injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.

VII            EVALUASI
Tanggal           : 20 Maret 2012       
Dx                   : Bayi “T” Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum
S                      :  -
O                     : Keadaan Umum        : Cukup
Kesadaran                   : Composmentis
BB                               : 3300 gram
PB                               : 50 cm
Pernapasan                  : 60 x/menit
Nadi                            : 120x/ menit
Suhu                            : 365 0C
A                       :  Bayi “T” Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum
                             Masalah teratasi sebagian
P                        :
·         Lakukan Observasi TTV
·         Lakukan perawatan bayi sehari-hari
·         KIE tentang pemberian ASI dan nutrisi


CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl
Subjek
Objek
Analisa
Pelaksanaan
21-3-2012
-
k/u cukup, kes. CM, minum (+), tumpah (-), panas (-), kejang (-), sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.
Bayi “T” Usia 3 hari dengan infeksi neonatorum
      Observasi TTV
S: 364 ºC
N: 130 x/menit
      Memberi minum bayi 8 x 30 cc
      Memandikan atau menyeka bayi 2 x/hari dan mengganti popok setiap kali basah serta merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril.
      Memberikan injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.
22-2-2012
-
k/u cukup, kes. CM, minum (+), tumpah (-), panas (-), kejang (-), sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.
Bayi “T” Usia 4 hari dengan infeksi neonatorum
      Observasi TTV
S: 368 ºC
N: 120 x/menit
      Memberi minum bayi 8 x 30 cc
      Memandikan atau menyeka bayi 2 x/hari dan mengganti popok setiap kali basah serta merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril.
      Memberikan injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.
      Bayi PP (Pulang Paksa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar