ASUHAN
KEBIDANAN PADA BY. NY.”T” USIA 1 HARI DENGAN INFEKSI
NEONATORUM DI
IRNA IV RUANG 11 (PERINATOLOGI)
RSUD DR. SAIFUL
ANWAR MALANG
Oleh:
Neneng Dwi
Nanda P.R
2009744112
AKADEMI
KEBIDANA WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN
KEBIDANAN PADA BY. NY.”T” USIA 1 HARI DENGAN INFEKSI
NEONATORUM DI
IRNA IV RUANG 11 (PERINATOLOGI)
RSUD DR. SAIFUL
ANWAR MALANG
Malang, ….. Maret
2012
Mengetahui
Mahasiswa
Neneng Dwi
Nanda P.R
Nim:
2009744112
Pembimbing
Institusi Pembimbing
Klinik
Titin
Sutriyani, SST Sukarlis,
AMK
Nip: Nip:
Kepala ruangan
Dyah Sri Hartatik, S Kep. NS
Nip:
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap
Alhamdulillah, penulis mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan
pada By. Ny.”T” usia 1 hari dengan infeksi neonatorum di Irna IV ruang 11
(Perinatologi) RSUD dr. Saiful Anwar Malang dalam membuat asuhan ini, penulis
sudah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang penulis miliki.
Tanpa
mengurangi penghargaan penulis kepada semua pihak yang telah berjasa terhadap
penyelesaian asuhan kebidanan ini, secara khusus penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1.
Dr.
dr. Basuki Bambang P. SpU, selaku direktur RSSA Malang
2.
Dr.
Harjoedi Adji Tjahjono, SpA (K), selaku K.A IRNA IV RSSA Malang
3.
Andreas
Supriyanto, S. Keb. NS selaku KPP IRNA IV RSSA Malang
4.
Ibu
Dyah Sri Hartatik, S. Kep. NS selaku kepala
ruangan Perinatologi RSSA Malang
5.
Ibu
Sukarlis AMK, selaku pembimbing klinik yang telah memberikan bimbingan,
dorongan dan membantu proses pembuatan asuhan kebidanan ini.
6.
Ibu-ibu
perawat, bidan, dan pekarya ruang Perinatologi RSSA Malang
7.
Ibu
Vivin, SST dan Ibu Titin Sutriyani, SST, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbig dan membantu proses pembuatan asuhan kebidanan ini.
Semoga Allah
SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang turut
berperan dalam penyelesian auhan kebidanan ini. Sudah tentu, asuhan yang
sederhana ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun penulis dambakan demi kemajuan penulis. Akhir kata penulis
berharap semoga asuhan yang di susun ini bermanfaat.
Malang,
Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I
Latar
Belakang
Angka
kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian
utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.
Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis
dan leukosit immunitas masih rendah.
Berdasarkan
perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%) dari lima juta
kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian
itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan
infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan
diare.(Imral chair, 2007).
LaporanWHO
tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000
kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per
tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya
dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia
meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal.( Roesli Utami,
2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50%
dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi
sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,
gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).
Infeksi
pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan
pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar
rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit
dengan cara septik. Segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal
yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau
dewasa. Ini merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila
dicurigai mengalami infeksi.
II
Tujuan
A.
Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil sesuai
dengan menegement kebidanan.
B.
Tujuan khusus
a.
Melakukan pengkajian data subyektif dan
obyektif pada klien.
b.
Mengidentifikasi
diagnosa dan masalah.
c.
Mengidentifikasi
masalah potensial.
d.
Mengidentifikasi
rencana tindakan.
e.
Membuat
rencana tindakan.
f.
Melaksanakan
tindakan.
g.
Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan.
III
Sistematika penulisaan
BAB
I pendahuluan
Melalui latar belakang masalah dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan
Teori
Pada tinjauan teori ini yang dibahas adalah
kosep persalinan dan konsep IUFD.
BAB III Tijauan Kasus
Meliputi 7 langkah Varney yaitu pengkajian
meliputi data subyektif dan obyektif, identifikasi diagnosa dan masalah,
identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
BAB IV Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
I
Pengertian
Sepsis Neonatorum
Sepsis
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan responsØ
sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).
Sepsis
adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinisØ dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan
syok septik (Dongoes, 2000).
Sepsis
neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertamaØ
sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya
pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis
bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah
persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes,
rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun
jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).
Sepsis
Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar keØ
seluruh tubuh bayi baru lahir. Suatu sindroma respon inflamasi janin/ FIRS
disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan adanya kuman di dalam darah
pada neonatus.
II
Etiologi
Sepsis Neonatorum
Penyebab
neonatus sepsis/ sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,
virus, parasit, atau jamur.
Resiko
terjadinya sepsis meningkat pada:
·
Ketuban
pecah sebelum waktunya
·
Perdarahan
atau infeksi pada ibu.
Sepsis
pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri:
·
Bakteri
escherichia koli
·
Streptococus
group B
·
Stophylococus
aureus
·
Enterococus
·
Listeria
monocytogenes
·
Klepsiella
·
Entererobacter
sp
·
Pseudemonas
aeruginosa
·
Proteus
sp
·
Organisme
anaerobic
Streptococcus
grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers
for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat
bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang
dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani
perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum
berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti
infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang
yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan
kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui
alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi
berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang
bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia
tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada
sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar
adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini
mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian menunjukkan
bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah.
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua
kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.
Faktor
- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu:
1.
Faktor
Maternal
a.
Status
sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang
berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya
padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari
pada bayi berkulit putih.
b.
Status
paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari
20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c.
Kurangnya
perawatan prenatal.
d.
Ketuban
pecah dini (KPD)
e.
Prosedur
selama persalinan.
2.
Faktor
Neonatatal
a.
Prematurius
( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk
sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi
cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada
paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum
terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
b.
Defisiensi
imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta
dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi
sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c.
Laki-laki
dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar
dari pada bayi perempuan.
3.
Faktor
Lingkungan
a.
Ada
defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur
invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan
kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk
bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat
alat yang terkontaminasi.
b.
Paparan
terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c.
Kadang-
kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang
berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d.
Pada
bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
e.
Mikroorganisme
atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara,
yaitu:
1)
Pada
masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara
lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis,
dan toksoplasma.
2)
Pada
masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya,
terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk
dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus
dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit
bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi
oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes
genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3)
Infeksi
paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui
alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)
III
Gejala
Klinis Sepsis Neonatorum
·
Suhu
tubuh tidak stabil (Ø< 36 0C atau > 37,5 0C).
·
Laju
nadi > 180 x/menit atau < 100 x/menit.
·
Laju
nafas > 60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen, apnea atau laju
nafas < 30x/menit.
·
Letargi
·
Intoleransi
glukosa : hiperglikemia (plasma glukosa >10 mmol/L atau >170 mg/dl) atau
hipoglikemia (< 2,5 mmol/L atau < 45 mg/dl)
·
Intoleransi
minum
·
Tekanan
darah < 2 SD menurut usia bayi
·
Tekanan
darah sistolik < 50 mmHg (usia 1 hari)
·
Tekanan
darah sistolik < 65 mmHg (usia < 1 bulan)
·
Pengisian
kembali kapiler/capillary refill timeØ > 3 detik.
Gejala lainnya adalah:
−
gangguan
pernafasan
−
kejang
−
jaundice
(sakit kuning)
−
muntah
−
diare
−
perut
kembung
Gejalanya tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
−
Infeksi
pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar
−
Infeksi
pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisaØ
menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun
−
Infeksi
pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena
−
Infeksi
pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi
yang terkena teraba hangat
−
Infeksi
pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
IV
Patofisiologi
Sepsis Neonatorum
Melalui Air Ketuban → Bakteri →
Infeksi pada Ibu
↓ ↓
Masuk kedalam tubuh janin meningitis,oesteomelitis
↓ ↓
Terjadinya Infeksi awal . resiko infeksi
↓
Infeksi/Kuman menyebar
↓
Keseluruh tubuh janin
Hipotalamus Organ Hati Organ pernafasan Sistem Gastrointestinal
↓ ↓ ↓ ↓
Berespon menghasil Erirtosit banyak G3 sirkulasi O2 Muntah, Diare
kan panas tubuh Dilisis CO2 Malas menghisap
↓ ↓ ↓ ↓
Hipertermia Fungsi tidak Bayi akan sesak Gangguan Volume
Optimal ↓ cairan dan elektrolit
↓ Gangguan pola nafas
Hiperbilirubin
↓
Jaundice (ikterif)
↓
Ke Otak
↓
Enselopati
↓
Kemit ikterik(kejang)
↓
resiko cedera
↓ ↓
Masuk kedalam tubuh janin meningitis,oesteomelitis
↓ ↓
Terjadinya Infeksi awal . resiko infeksi
↓
Infeksi/Kuman menyebar
↓
Keseluruh tubuh janin
Hipotalamus Organ Hati Organ pernafasan Sistem Gastrointestinal
↓ ↓ ↓ ↓
Berespon menghasil Erirtosit banyak G3 sirkulasi O2 Muntah, Diare
kan panas tubuh Dilisis CO2 Malas menghisap
↓ ↓ ↓ ↓
Hipertermia Fungsi tidak Bayi akan sesak Gangguan Volume
Optimal ↓ cairan dan elektrolit
↓ Gangguan pola nafas
Hiperbilirubin
↓
Jaundice (ikterif)
↓
Ke Otak
↓
Enselopati
↓
Kemit ikterik(kejang)
↓
resiko cedera
V
Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
1.
Pemeriksaan
mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu
meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2.
Bila
sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur
urin.
−
Leukositosis
(Ø>34.000×109/L)
−
Leukopenia
(Ø< 4.000x 109/L)
−
Netrofil
muda 10%
−
Perbandingan
netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen) atau I/T ratio >0,2
−
Trombositopenia
(Ø< 100.000 x 109/L)
−
CRP
>10mg /dl atau 2 SD dari normal.
Faktor-faktor
pada masalah hematologi:
−
Peningkatan
kerentaan kapiler
−
Peningkatan
kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
−
Perlambatan
perkembangansel-sel darah merah
−
Peningkatan
hemolisis
−
Kehilangan
darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan
VI
Penatalaksanaan
Sepsis Neonatorum
1.
Diberikan
kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi
2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi
3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari
i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang
lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam
pelan-pelan).
2.
Dilakukan
septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel,
kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3.
Pemeriksaan
lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4.
Apabila
gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan
pada hari ke-7.
5.
Apabila
gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika
diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14
hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6.
Pengobatan
suportif meliputi:
Termoregulasi,
terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksiØ
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
VII
Komplikasi
Sepsis Neonatorum
1.
Kelainan
bawaan jantung, paru, dan organ-organ yang lainnya
2.
Sepsis
berat: sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3.
Syok
sepsis: sepsis berat disertai hipotensi
4.
Sindroma
disfungsi multiorgan (MODS)
5.
Perdarahan
6.
Demam
yang terjadi pada ibu
7.
Infeksi
pada uterus atau plasenta
8.
Ketuban
pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan
9.
Ketuban
pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
10.
Proses
kelahiran yang lama dan sulit
VIII
Pencegahan
Sepsis Neonatorum
1.
Pada
masa Antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
2.
Pada
masa Persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3.
Pada
masa pasca Persalinan
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga
lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
Hubungi dokter Anda jika bayi Anda mengalami:
·
muntah
atau kesulitan bernapas atau tidak mau minum
·
suhu
>38 0C melalui anus pada bayi baru lahir dan bayi muda
·
kesulitan
bernapas
·
perubahan
warna kulit (pucat atau kebiruan)
·
tidak
responsive
·
perubahan
suara tangisan bayi atau tangisan yang tidak berhenti
·
bayi
menjadi lemas
·
denyut
jantung menjadi lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya
·
ubun-ubun
membonjol
·
penurunan
jumlah urin
·
perilaku
pada bayi yang membuat Anda khawatir
BAB IV
PENUTUP
I
KESIMPULAN
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru
lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi
bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6
jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah
lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
II
KRITIK DAN
SARAN
Dalam penulisan
asuhan kebidanan ini apabila
ada kesalahan yang tidak di sengaja maupun yang di sengaja mohon saran dan
kritik untuk menyempurnakan dalam penulisan dan susunan kata – kata yang telah
dijadikan dalam bentuk asuhan
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://yuliafransischa.blogspot.com/2011/04/contoh-askeb-neonatus.html
BAB III
TINJAUAN KASUS
I
PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 19 Februari 2012
Jam :
12.00 WIB
Tempat : di IRNA IV Ruang 11 (Perinatologi) RSUD dr. Saiful Anwar
Malang
No. Reg : 1208330
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Nama Bayi : Bayi “T”
Tanggal lahir : 18 Maret
2012
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 3 (tiga)
Nama Orang tua
Nama Ibu : Ny. “T” Nama
Ayah : Tn. “A”
Umur : 38 tahun Umur :
38 tahun
Agama : Islam Agama :
Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Imam Bonjol 6 Bugul Alamat :
Jl. Imam Bonjol 6 Bugul
Lor_Pasuruan Lor_Pasuruan
2.
Keluhan
Utama
Bayi lahir di bidan pada tanggal 18 Maret 2012. Bayi tidak langsung
menangis, AS 1-3, sisa ketuban keruh.
3.
Riwayat
Kehamilan dan Persalinan
a.
Riwayat
kehamilan ini
Ibu hamil ke-3,
UK 37-38 minggu, ibu periksa hamil ke
bidan. Pada:
TM I : 1 kali
TM II : 3 kali
TM III : 3 kali
Riwayat imunisasi ibu tidak terkaji.
b.
Riwayat
persalinan ini
Bayi lahir tanggal 18 Maret 2012, spt B, dengan UK 37-38 minggu,
jenis kelamin laki-laki, tidak langsung menangis, AS pada 1 menit pertama 1 dan
pada 5 menit kedua 3. BBL 3300 gr, PBL 50 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, anus (+),
Vit. K (+). Riwayat pemberian imunisasi HB0 tidak terkaji.
4.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam
keluarganya tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit menular,
menurun, maupun menahun seperti kencing manis, jantung, batuk darah, asma, darah
tinggi dan penyakit kuning. Selain itu, ibu mengatakan bahwa dari keluarganya
maupun keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.
Ibu tidak pernah minum jamu dan
tidak pernah pijat oyok.
5.
Kebutuhan
Dasar
a.
Pola
Nutrisi
Minum PASI (susu formula) 8 x 20 cc/
hari
b.
Pola
Eliminasi
BAB : 1-2 kali dalam sehari, berupa
mekoneum berwarna hijau tua/ kehitaman.
BAK :
5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.
c.
Pola
Istirahat
Bayi lebih banyak tidur, kadang
terbangun jika bayi haus, BAB, atau BAK.
d.
Pola
aktivitas
Bayi bergerak aktif.
e.
Personal
hygiene
Bayi dimandikan dan diseka 2 x/
hari, ganti popok tiap kali basah.
B.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan
Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB :
50 cm
Pernapasan : 68 x/menit
Nadi : 120x/ menit
Suhu : 368 0C
2.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Inspeksi
Kepala : Simetris, persebaran
rambut merata, rambut bersih, berwarna hitam.
Muka : simetris, tidak
tampak oedema, tidak tampak ikterik maupun sianosis.
Mata : Simetris,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak oedema.
Hidung : Lubang hidung simetris,
ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : Bibir lembab, bersih,
lidah bersih, gigi (-).
Telinga : Simetris, tidak
ada sekret.
Leher : Tidak tampak
adanya benjolan abnormal, bersih.
Dada : Bentuk dada
normal, ada retraksi dinding dada.
Abdomen : Bentuk normal, tampak
tali pusat terbungkus kassa steril.
Genetalia : scorotum (+),
tidak tampak hipospaadia atau epispadia.
Anus : anus berlubang
Ekstremitas atas : Simetris,
bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil, tampak terpasang infuse D10
pada tangan kanan.
Ekstremitas bawah :
Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil.
b.
Palpasi
Leher : Tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Dada : Tidak
ada benjolan abnormal.
Abdomen : Tidak ada
benjolan abnormal.
Ekstremitas : Tidak ada
oedema baik pada kedua tangan dan kaki.
c.
Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi ronchi maupun
wheezing.
Abdomen : Bising usus normal.
d.
Perkusi
Abdomen : Tidak kembung,
supel.
3.
Pemeriksaan
Neurologis
a.
Reflek
Moro : (+)
b.
Reflek
Menggenggam : (+)
c.
Reflek
roating : (+)
d.
Reflek
Sucking : (+)
e.
Reflek
swallowing : (+)
f.
Babynski
reflek : (+)
4.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Laborat tanggal 19 Maret
2012 (05.15 WIB)
·
Darah
lengkap
Jenis
|
Hasil
|
Harga normal
|
Leukosit
|
19.900 /µl
|
N : 3500 - 10.000
|
Hemoglobin
|
17,2 mg/dl
|
N : 11,0 - 16,5
|
Hematokrit
|
50,8 %
|
N : 35,0 - 50,0
|
Trombosit
|
326.000
|
N : 150000 - 3390000
|
·
Kimia
Darah
Jenis
|
Hasil
|
Harga normal
|
GD Puasa sesaat
|
25 mg/dl
|
N : < 200
|
Ureum
|
12,4 mg/dl
|
N : 10 - 50
|
Kreatinin
|
0,90 mg/dl
|
N : 0,7 - 1,5
|
SGOT
|
13,2 U/L
|
N : 11 - 41
|
SGPT
|
10 U/L
|
N : 10 – 41
|
·
Faal
hati
Jenis
|
Hasil
|
Harga normal
|
Albumin
|
3,79 g/dl
|
N : 3,5 - 5,5
|
CRP kwantitatif
|
0,12 mg/dl
|
N : < 0,3
|
·
Analisis
Elektrolik
Jenis
|
Hasil
|
Harga normal
|
Natrium
|
138 m mol/L
|
N : 136 - 145
|
Kalium
|
6,07 m mol/L
|
N : 3,5 - 5,0
|
Klorida
|
11,6 m mol/L
|
N : 98 - 106
|
Kalsium
|
13,3 mg/dl
|
N : 7,6 - 11,0
|
Fosfor
|
3,15 mg/dl
|
N : 2,5 - 7,0
|
·
Blood
Gas Analisis (BGA)
Jenis
|
Hasil
|
Harga normal
|
PH
|
7,474
|
N : 7,35 - 7,45
|
PCO2
|
23,1 mmHg
|
N : 34 - 45
|
PO2
|
71,0 mmHg
|
N : 80 - 100
|
HCO3
|
17,2 m mol/L
|
N : 21 - 28
|
O2 saturasi arterial
|
96 %
|
N : >95
|
Base excess
|
- 6,0 m mol/L
|
N : (-3) – (+3)
|
II
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : Bayi “T” usia 1 hari dengan infeksi
neonatorum
Do : Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB :
50 cm
Pernapasan : 68 x/menit
Nadi : 120x/ menit
Suhu : 368 0C
III
IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
·
Potensi
terjadi hipotermi
·
Potensi
terjadi ganguan pernapasan
·
Potensi
terjadi infeksi
IV
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter spesialis
V
INTERVENSI
Dx : Bayi “T” Usia 1 hari dengan infeksi neonatorum
Tujuan : Bayi “T” keadaannya membaik
Kriteria
hasil : TTV dalam batas normal
Suhu : 365
- 375 0C
Nadi :
120 - 160 x/menit
Pernapasan : 40 - 60 x/menit, Tidak ada retraksi dinding dada
BB normal :
2500 - 4000 gram
Intervensi:
1. Lakukan cuci tangan 7 langkah sebelum dan
sesudah memegang bayi.
R/ untuk
mencegah infeksi nosokomial.
2. Lakukan observasi TTV.
R/ untuk
mengetahui parameter kesehatan bayi.
3. Pertahankan suhu tubuh bayi.
R/ untuk
mencegah hipotermi.
4. Lakukan perawatan tali pusat pasien
dengan benar.
R/ untuk
mencegah adanya infeksi tali pusat
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
R/ terapi
yang tepat akan mempercepat kesembuhan pasien
VI
IMPLEMENTASI
Dx :
Bayi “T” Usia 1 hari dengan infeksi
neonatorum
Implementasi:
1. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi dengan menggunakan sabun dan dibilas dibawah air mengalir untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. melakukan observasi TTV.
Suhu : 368 0C
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 68 x/menit
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan
mengganti baju kering, mengganti popok, serta menyelimuti bayi. Bila bayi dalam
inkubator, mempertahankan suhu inkubator agar bayi tidak kedinginan.
4. Melakukan perawatan tali pusat bayi
dengan benar yaitu dengan menggunakan kassa steril dan tidak membubuhkan apapun
pada tali pusat bayi.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, yaitu pemberian O2
2L, infus D10 8 tpm, injeksi ampisilin
subaktam 2 x 150 mg.
VII
EVALUASI
Tanggal : 20 Maret 2012
Dx : Bayi “T” Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum
S : -
O :
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
BB : 3300 gram
PB :
50 cm
Pernapasan : 60 x/menit
Nadi : 120x/ menit
Suhu : 365 0C
A : Bayi “T” Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum
Masalah
teratasi sebagian
P :
·
Lakukan
Observasi TTV
·
Lakukan
perawatan bayi sehari-hari
·
KIE
tentang pemberian ASI dan nutrisi
CATATAN
PERKEMBANGAN
Tgl
|
Subjek
|
Objek
|
Analisa
|
Pelaksanaan
|
21-3-2012
|
-
|
k/u cukup, kes. CM, minum (+), tumpah (-), panas
(-), kejang (-), sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.
|
Bayi “T” Usia 3 hari dengan infeksi neonatorum
|
− Observasi TTV
S: 364
ºC
N: 130 x/menit
− Memberi
minum bayi 8 x 30 cc
− Memandikan
atau menyeka bayi 2 x/hari dan mengganti popok setiap kali basah serta
merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril.
− Memberikan
injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.
|
22-2-2012
|
-
|
k/u cukup, kes. CM, minum (+), tumpah (-), panas
(-), kejang (-), sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.
|
Bayi “T” Usia 4 hari dengan infeksi neonatorum
|
− Observasi TTV
S: 368
ºC
N: 120 x/menit
− Memberi
minum bayi 8 x 30 cc
− Memandikan
atau menyeka bayi 2 x/hari dan mengganti popok setiap kali basah serta
merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril.
− Memberikan
injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.
− Bayi PP
(Pulang Paksa)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar